Banner 1

Banner 1

Sirkel Pertemanan Seorang Muslim

Belakangan ini kata sirkel sering sekali dipakai dalam percakapan sehari-hari maupun di media sosial, kata sirkel sering digunakan untuk mengungkapkan petemanan, em.. sebenarnya apa sih arti sirkel tersebut?. Sirkel berasal dari kata dalam bahasa inggris circle yang secara bahasa artinya lingkaran. Lingkaran yang dimaksud dalam konteks ini adalah lingkaran/kelompok pertemanan atau pergaulan.

Secara harfiah, arti circle pertemanan merujuk pada hubungan antara teman-teman yang terbatas dengan tujuan yang sama. Intinya, kamu memiliki suatu kesamaan dengan orang-orang tersebut. Misalnya, senang memasak, menggemari sepak bola, mengikuti organisasi yang sama, dan lain sebagainya.

Rasulullah juga punya sirkel pertemanan loh, yaitu Khulafaur Rasyidin (para khalifah dari empat sahabat Rasulullah SAW). Sirkel yang terbaik yang pernah dicontohkan oleh para sahabat Nabi. Sebagian besar kita tentunya punya sirkel pertemanan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri. Bahkan di dalam kamar sendiripun tekadang manusia mencari teman di dunia maya.




Nah, bicara sirkel pertemanan. Pertemanan macam apakah yang diajarkan oleh islam. Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ

مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)

Begitu sempurnanya islam hingga soal pertemanan pun diatur diadalamnya. Hadits di atas menyebutkan bahwa teman yang baik (shalih) maupun teman teman yang jelek keduanya sama-sama memiliki pengaruh terhadap kehidupan kita. Silakan memilih teman dengan bijak. Hal tersebut selaras dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ahmad. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Sudah begitu banyak contoh kehidupan yang menceritakan tentang pertemanan yang salah. Tentunya kita tidak ingin jatuh di lubang yang sama kan??. Beruntunglah orang-orang yang memiliki sahabat berhati mulia dan taat kepada Allah. Ia laksana bintang yang senantiasa menerangi. Ketika kita salah, dia hadir untuk mengingatkan. Ketika kita ditimpa musibah ia datang untuk menghibur. Ketika kita kesulitan, dia datang mengulurkan tangan.

Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah berkata: “Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (muslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka peganglah erat-erat”. Karena tentunya kita ingin pertemanan kita tidak hanya di dunia saja tapi juga di akhirat kelak.

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yang lain, kecuali persahabatan karena ketaqwaan” (Qs. Az Zukhruf: 67).

Wallahu a’lam bi shawab..

Elis Siti Nurbaeti, S.Pd
Staf Keuangan Yayasan