Menelaah Fenomena Gagal Ginjal dan Pengobatan Menurut Ilmuan Islam
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan adanya peningkatan kasus gagal ginjal akut pada anak dalam dua bulan terakhir ini. Berdasarkan data IDAI, terdapat setidaknya 131 anak yang mengidap gagal ginjal akut misterius, yang belum dapat diketahui penyebab pastinya. Kasus-kasus tersebut tercatat berasal dari 14 provinsi, di antaranya adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Fenomena ini tentunya mengkhawatirkan, mengingat, apabila tidak ditangani dengan cepat dan adekuat, kasus gagal ginjal akut dapat berubah menjadi gagal ginjal kronis.
Apakah sebenarnya yang menyebabkan anak-anak tersebut mengalami gagal ginjal akut?
Sebelum membahas lebih mendalam terkait gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak tersebut, ada baiknya kita terlebih dahulu membahas tentang ginjal dan peranannya dalam tubuh.
Ginjal merupakan organ tubuh yang berbentuk seperti kacang dan berukuran sekitar 10 – 12 cm. Normalnya, seorang manusia memiliki dua buah ginjal, yang masing-masing terletak di sisi kanan dan kiri pada rongga perut bagian bawah. Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron, yang merupakan bagian terpenting dari fungsi penyaringan (filtrasi) yang dilakukan oleh ginjal. Salah satu peranan utama ginjal memang adalah melakukan penyaringan dan pembuangan racun, garam, mineral, cairan berlebih, serta limbah tubuh lainnya yang mengandung nitrogen (urea). Limbah-limbah tersebut nantinya akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam bentuk urine. Selain fungsi filtrasi, ginjal juga memiliki peranan-peranan lainnya, yaitu pengaturan keseimbangan cairan, elektrolit, dan pH, pengaturan sel darah merah, pengaturan tekanan darah, serta aktivasi vitamin D.
Ginjal dapat mengalami gangguan fungsi apabila terjadi suatu penyakit atau penyebab tertentu, misalnya, hipertensi, diabetes mellitus, autoimmune, konsumsi obat-obatan tertentu, atau kelainan genetik. Bahkan, tidak hanya gangguan fungsi, ginjal juga dapat mengalami gagal fungsi, yaitu kondisi di mana ginjal kehilangan fungsinya secara signifikan atau total, termasuk di antaranya fungsi filtrasi. Apabila dilihat dari onsetnya, gagal ginjal dapat dikelompokkan menjadi gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal akut terjadi apabila penurunan fungsi ginjal terjadi secara mendadak, bahkan dalam hitungan hari. Sementara itu, gagal ginjal kronis terjadi apabila penurunan fungsi ginjal terjadi secara bertahap dalam kurun waktu yang relatif panjang.
Gagal ginjal dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun, secara umum, penyebab dari terjadinya gagal ginjal secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penyebab pre-renal, penyebab renal, dan penyebab post-renal. Pada penyebab pre-renal, gangguan fungsi ginjal terjadi akibat gangguan aliran darah ke ginjal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh dehidrasi berat pada penderita (misalnya, diare dan muntah yang berat), perdarahan berat, luka bakar major, gagal jantung, serta reaksi alergi berat.
Pada penyebab renal, gangguan fungsi ginjal terjadi akibat abnormalitas yang terjadi pada ginjal itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya peradangan pada ginjal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi pada ginjal, autoimmune, konsumsi obat-obatan tertentu, serta konsumsi herbal tertentu. Pada penyebab post-renal, gangguan fungsi ginjal terjadi akibat adanya sumbatan aliran urine, yang mana dapat disebabkan oleh adanya batu pada ginjal, batu pada saluran kemih lainnya, tumor atau kanker pada saluran kemih, serta pembesaran prostat.
Bagaimana dengan kasus gagal ginjal akut yang saat ini tengah marak ditemui?
Berdasarkan data IDAI, anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut ini awalnya mengalami gejala infeksi yang tidak spesifik, yaitu demam, batuk, pilek, mual, muntah, dan diare. Perburukan kondisi dilaporkan terjadi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu hanya sekitar 3 – 5 hari saja, sampai anak-anak tersebut mengalami gangguan berkemih yang serius. Sebagian besar anak dilarikan ke RS atau fasilitas kesehatan lainnya dengan keluhan frekuensi berkemih dan jumlah urine yang sangat berkurang. Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, anak-anak tersebut akhirnya didiagnosis mengalami gagal ginjal akut.
Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan RI menyampaikan bahwa kasus gagal ginjal akut ini telah menjadi concern dan prioritas utama dari Pemerintah. Tim Dokter di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta juga telah secara khusus melakukan penelitian terhadap kasus-kasus tersebut. Harapannya, penelitian tersebut dapat segera membuahkan hasil yang dapat disampaikan kepada masyarakat.
IDAI menyampaikan bahwa pemberitaan kasus gagal ginjal akut ini tidak seharusnya disikapi dengan panik berlebih oleh masyarakat, terutama para orang tua. Meskipun demikian, IDAI tetap menghimbau para orang tua untuk dapat menaruh perhatian lebih kepada anak-anaknya. Apabila anak sakit, terutama dengan gejala yang mengarah ke potensi gagal ginjal akut –misalnya, demam, batuk, pilek, mual, muntah, atau diare-, orang tua harus melakukan pemantauan ketat terhadap kondisi dan progresivitas penyakit anak.
Permasalahan Ginjal dan Pengobatan Menurut Ilmuan Islam
Berdasarkan hasil penelitian dalam karyanya Hidayat al-Mualimin fi al-Tibb, Al-Akhwayni menemukan bahwa manusia memiliki dua buah ginjal. Satu berada di pinggang kiri dan satu lagi di pinggang kanan. Letak keduanya dekat dengan tulang belakang dan otot posterior. Ia menuturkan, masing-masing ginjal dilindungi oleh semacam lemak.
Ginjal sebelah kanan lebih panjang dibandingkan ginjal kiri. Juga lebih dekat dengan hati. Menurut al-Akhawayni, permukaan ginjal cukup tebal, namun di dalamnya ada semacam ruang berisi cairan. Ia pun menduga tiap ginjal punya saluran menuju ke hati. Satu saluran lagi mengarah ke saluran urine. Ginjal memiliki fungsi sangat vital, yakni mencuci sisa kotoran dari air atau darah, juga garam dan sisa makanan dari tubuh. Sirkulasi darah yang telah mengalami filterisasi terjadi di organ ini. Hasil dari proses ini yakni keringat serta urine.
Cairan urine, sambung dia, mengalir dari kedua ginjal ke pipa tipis yang disebut uretes bladder. Di sana, urine itu ditampung sebelum akhirnya dibuang. Ia mengatakan, masih banyak fungsi ginjal lainnya, di antaranya membantu mengatur tekanan darah. Ginjal juga mampu mengatur produksi sel darah merah dalam tulang. Al-Akhawayni berhasil pula menjelaskan anatomi sistem urine. Menurutnya, sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga cairan urine tidak dapat berbalik arah setelah keluar dari kedua ginjal. Itulah yang menjaga tubuh dari gangguan saluran urine. Ini merupakan deskripsi akurat yang dilakukannya.
Penanganan gejala itu bisa dilakukan. Ia mengatakan, dalam mengatasi pembengkakan khususnya, bisa menggunakan obat herbal dan banyak minum. “Pembengkakan ginjal pun akan teratasi,” ujarnya. Sebaliknya, jika pembengkakan kian parah, bisa berubah menjadi infeksi. Efeknya juga terasa pada saluran urine. Metode pengobatan terhadap hal itu hampir serupa, yakni membuat ramuan herbal dari biji kelabet (trigonela foenum graecum), bunga camomile (anthemis nobilis), serta bunga lembayung (exacum affine). Ramuan itu digosokkan ke pinggang pasien sampai terasa hangat.
Ia lantas mengungkap penyebab lain gangguan ginjal. Dalam hal ini sakit gula atau diabetes. Al Akhawayni menyebutnya dawarrah, sementara dokter legendaris Ibnu Sina memberi sebutan aldulab. Di sisi lain, kitab yang ditulis al-Akhawayni ini menyajikan daftar panjang resep dan ramuan obat bagi penanganan sakit ginjal, mulai dari mengatasi pembengkakan, rasa nyeri, batu ginjal, dan lainnya. Beberapa resep dan tanaman obat diambil dari teknik pengobatan Yunani, India, dan Cina.
Stay safe and healthy, semuanya!
Ditulis oleh :
Ali Hanafih.S.Pd.I
Direktur pendidikan YBMI