Buktikan cintamu Bunda
Buktikan cintamu Bunda. Imam Al Ghazali dalam kitab ihya Ulumuddin memberitahu kita bahwasanya “anak-anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut dan akan berbahagialah di dunia dan akhirat”.
Pendidikan yang diselimuti cinta, sayang dan kelembutan, serta dibarengi penerapan pengajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan kecerdasan emosi anak, akan menjadi kunci tercapainya derajat kualitas anak kita di kemudian hari.
Anak tidak bisa merasakan dan menikmati cinta dan kasih sayang orang tua jika tidak dibuktikan. Bagaimana membuktikannya Bunda: Mendidik dengan lemah lembut
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengibaratkan anak seperti kertas putih bersih, tergantung pada orang tuanya, mau ditulis dengan tinta warna merah, kuning, ataupun warna yang lainnya. Orang tua terlalu cepat memvonis nakal, malas bandel atau bahkan durhaka terhadap anak-anaknya sendiri, padahal merekalah yang paling dominan membentuk karakter dan kepribadian anak-anaknya. Kalaupun itu benar, bukankah para orang tua yang lebih bertanggung jawab atas sifat-sifat buruk itu?
Realitas ini perlu diketahui, sebab sering terjadi, orang tua yang sangat mencintai anaknya harus kecewa melihat kenyataan si anak menjadi nakal dan membantah. Orang tua merasa telah mengorbankan apa saja demi anaknya, tapi justru mereka menjadi pemberontak. Para orang tua banyak yang salah memilih metode pendidikan. Sebagian orang tua menganggap bahwa untuk meluruskan sikap anak yang kurang baik harus ditempuh dengan cara-cara yang keras seperti menghukum berkata-kata keras dan kasar. Cara seperti ini tak mungkin berhasil malah sebaliknya dapat menimbulkan dendam pada diri anak.
Dalam Alquran Allah subhanahu Wa ta’ala mengingatkan :
“Maka disebabkan Rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu… (QS Ali Imron 3:159)
Ayat ini mengingatkan kepada orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Jika mereka ingin agar anaknya lebih mendekat, maka jalan yang mestinya ditempuh adalah mendidik dengan lemah lembut tidak keras dan kasar.
Berbuat lembut pada anak, sama sekali bukan berarti harus menuruti semua permintaan anak. Orang tua terlebih dahulu memahami pendapat dan keinginan anak yang terkadang tidak masuk akal. Kemudian dengan penuh kasih sayang mengarahkannya untuk mengerti batas antara boleh dan tidak. Maka Satu kunci paling ampuh dalam ilmu mendidik anak adalah dengan berlaku lemah lembut, penuh cinta kasih walau dalam keadaan marah sekalipun.Menawarkan Kebaikan
Anak biasanya memberikan tanggapan atau reaksi yang lebih baik jika diberi senyum Dan diajak bicara dengan sikap hangat dan penuh kasih sayang.
Sidney D. Craig pun menegaskan pendapat itu dengan didukung bukti dan argumentasi yang kuat. Orang tua harus tetap menunjukkan kasih sayang walau di saat anak sedang melakukan kesalahan. Justru itulah saat yang tepat untuk menunjukkan rasa cinta kasih.
Sifat dasar manusia akan mengalami gejolak perasaan menghargai yang amat dalam terhadap orang lain yang menawarkan kebaikan hati kepadanya hal ini menciptakan perasaan wajib untuk membalas kebaikan orang tersebut.
Sungguh menarik untuk disadari bahwa Nabi Muhammad SAW sudah menerapkan teori ini kepada siapapun. Beliau mengampuni kaum Quraisy saat Fathul Mekah. Padahal merekalah yang dulu menghina dan menyiksa kaum muslimin. Beliau justru mendoakan kebaikan bagi orang-orang Thaif yang menghujani beliau dengan cercaan serta lemparan batu.
Beliau juga menjenguk dan mendoakan kesembuhan wanita kafir yang sakit, padahal wanita itu sangat buruk perilakunya kepada nabi. Tindakan beliau yang selalu mencerminkan kelembutan dan kasih sayang itulah yang memberi andil masuk Islamnya tokoh-tokoh penting kaum kafir. Pahami Alasan Anak
Perlu diketahui bahwa semua anak mempunyai harga diri sebagaimana orang dewasa. Mereka tidak ingin harga dirinya diinjak-injak, walaupun oleh orang tuanya sendiri. Mereka tetap ingin menjaga harga dirinya walaupun harus dengan cara melawan. Inilah hakikat manusia yang tidak hanya berlaku pada orang dewasa saja tapi juga buat anak-anak
Anak-anak mempunyai dunianya sendiri. Salah dan benar mestinya diukur dari dunia mereka dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kejiwaannya. Bisa jadi menurut orang tua tindakan anaknya merupakan kesalahan fatal, tapi menurut anak-anak hal itu bukan kesalahan. Mereka mempunyai alasan sendiri kenapa semua itu terjadi.Menahan emosi
Kekasaran kata-kata dan kebiasaan marah, bisa dikarenakan orang tua tidak mampu menahan emosi. Padahal ketika berada dalam kondisi jiwa yang stabil, tidak terlalu sulit untuk bisa bersabar dan berlemah lembut. Sayangnya, tugas dan kewajiban menangani urusan rumah tangga yang begitu berat, sebagai sebuah rutinitas yang membosankan dan menghabiskan waktu lama dapat memperlemah kondisi kejiwaan ibu, sehingga menjadi emosional dan cepat marah.
Ada ayah ibu yang berperilaku kasar karena watak dan karakter dasar yang membentuk kebiasaan hidupnya. Mereka yang dibesarkan dengan disiplin militer yang keras, misalnya, besar kemungkinan akan tumbuh dengan kepribadian kaku dan keras ada kecenderungan orang tua semacam itu akan berlaku keras dan kasar kepada anak-anaknya.
Selain itu karakter kasar bisa terbentuk oleh lingkungan, terpengaruh oleh adat budaya masyarakat yang memang kasar. Beberapa suku bangsa di Indonesia memiliki budaya hidup yang lebih keras dan kasar dibanding suku yang lainnya. Penyebabnya bisa jadi karena tantangan hidup yang dihadapinya mengharuskan mereka berperilaku seperti itu.
Karakter dasar yang keras dan emosional tersebut bisa jadi akan merusak pola pendidikan anak. Itu sebabnya terhadap dirinya sendiri, orang tua sebaiknya bermuhasabah, introspeksi dan mampu mengubah karakter kasar yang merugikan, sebelum menularkannya kepada anak-anak.
Ajaran Islam telah memberikan beberapa patokan pergaulan hidup yang beradab. Jika hal tersebut dipenuhi akan mampu mengalahkan pengaruh adat budaya yang negatif. Beberapa aturan telah diajarkan dalam Islam, seperti larangan mengeraskan suara kepada orang yang lebih tua, larangan bagi wanita untuk melengkingkan suara, anjuran untuk segera berwudhu jika marah, larangan memanggil teman dengan gelar dan sebutan yang jelek.
Masya Allah betapa cinta seorang bunda dapat membentuk karakter yang baik bagi anak-anaknya kelak. Selamat membuktikan cinta Bunda kepada anak-anak.
Sumber: Buku Mendidik Anak Dengan Cinta (Irawati Istadi)
Ditulis oleh :
Dahlia Indrawati, S.Pd.
Ketua Yayasan Bina Mutiara Insan
SIT Yaa Bunayya